Thursday, November 4, 2010

Sunday, October 31, 2010

SEKOLAH BERKARAKTER

Tulisan saya sebelumnya yaitu "Membangun Sekolah Berkarakter" belum banyak berbicara mengenai aksi nyata.
Pada tulisan kali ini, saya akan bicara tentang apa itu sekolah berkarakter.

Untuk tidak membuat kesalahpahaman, saya akan dengan jujur menyatakan bahwa semua sekolah mempunyai karakter. Tidak ada sekolah dibentuk tanpa karakter jelas. Karakter sekolah akan menjadi lebih jelas apabila komponen sekolah mengolahnya dengan benar dan terus menjadikan karakter yang hendak dibentuk itu sebagai suatu "nafas" yang benar-benar dihembuskan ke setiap anggota sekolah.

Sekolah berkarakter akan saya bagi menjadi 3. Pertama adalah sekolah berkarakter berdasarkan kultur yang dianut. Kedua adalah sekolah berkarakter berdasarkan kesepakatan anggota sekolah. Ketiga adalah sekolah berkarakter berdasarkan evaluasi.

1. Sekolah berkarakter berdasarkan kultur. Sekolah semacam ini, pada umumnya mempunyai keterkaitan dengan religi, adat-istiadat atau kurikulum tertentu. Banyak sekolah yang berpandangan bahwa nuansa religi yang dibawakan dalam pengajaran di kelas akan membentuk karakter sekolah (termasuk para pembelajarnya) dengan corak tertentu. Semuanya adalah benar belaka; banyak sekolah dengan latar belakang religi yang membuktikan kebenaran ini terlihat dari alumni-alumni sekolah semacam ini. Sekolah dengan kurikulum tertentu juga mengalami hal yang sama. Kurikulum yang dianut oleh sekolah, baik itu kurikulum nasional maupun kurikulum manapun, akan membentuk karakter sekolah. Hanya saja, untuk sekolah yang mencoba membentuk karakter melalui kurikulum, perlu disadari bahwa kurikulum yang dianut haruslah dilakukan dengan semaksimal mungkin. Hal ini dimaksudkan agar karakter tersebut bukan hanya sekedar "tempelan" belaka.
Hanya saja, patut ditengarai bahwa para pembelajar perlu juga diberi wawasan pengenalan akan sekolah dengan karakter yang lain.

2. Sekolah berkarakter berdasarkan kesepakatan anggota sekolah. Untuk sekolah yang memutuskan untuk duduk bersama dan memutuskan karakter seperti apa yang sekolah akan bawakan, tentunya karakter yang akan dibawa adalah yang terbaik. Beberapa sekolah - tentu saja bersama yayasan yang menaungi - telah melakukan hal ini. Namun jujur saja, manajemen sekolah dan yayasan yang lebih banyak memberikan dasar. Sekolah-sekolah yang memutuskan karakter bersama ini lebih cenderung menjadikan sebuah sekolah "eksklusif" dengan tujuan yang baik. Sering sekali sekolah semacam ini melibatkan para pembelajar dalam lingkungan model pamong alias pembimbing. Sekolah-sekolah yang menerapkan kehidupan siswa di sebuah asrama sekolah dapat dikategorikan  sebagai sekolah dengan karakter berdasarkan kesepakatan anggota sekolah (selama religi dan kurikulum bukanlah menjadi yang utama).

3. Sekolah berkarakter berdasarkan evaluasi. Sekolah semacam ini lebih melihat karakter mereka sebagai suatu karakter yang berkembang. Mengapa demikian? ada jangka waktu terterntu yang disepakati yayasan dan sekolah untuk mengevaluasi dan menganalisa karakter yang telah dikembangkan selama beberapa tahun penerapan. Pada umumnya, komponen sekolah yang akan sedikit "bingung" adalah orangtua. Mengapa? karena apabila perubahan yang diambil berdasarkan evaluasi adalah sangat mendasar, maka orangtua akan bereaksi lebih pada khawatir. Pada kenyataannya, sekolah telah memperhitungkannya dengan sangat berhati-hati. Sekolah semacam ini dapat ditemui pada masa sekarang ini dimana banyak sekolah mencoba menjadi bagian dari industri pendidikan. Sekolah semacam ini akan berusaha mencoba melihat mana yang "terbaik" menurut pandangan masyarakat dalam konteks pasar mereka. Maka jangan heran apabila banyak bermunculan jargon-jargon menarik untuk menjaring lebih banyak pembelajar masuk sekolah semacam ini.

Sekali lagi, semua sekolah di atas adalah baik. Semuanya tergantung dari kita sendiri untuk menyikapinya.

salam,


Hugo